Benarkah Bupati Dian, Takut Sama Pengusaha? Banyaknya Pelanggaran Moratorium, Tutup Mata, Telinga dan Mulut

( Berkaos Putih, Aktivis Sosial Senior Manaf Suharnaf, Di dampingi beberapa rekannya.)


7DETIKDOTCOM, KABUPATEN KUNINGAN. JAWA BARAT, - Pencabutan soal moratoriun belum selesai dan belum ketuk palu. namun masih saja banyak oknum-oknum pengusaha, yang se-enak jidat serta berani melawan kebijakan bahkan menantang bencana tanah longsor yang beresiko kematian bagi warga yang ada di wilayah atau kawasan Cigugur Cisantana. Pasalnya ada saja yang pengusaha nakal, yang hanya mementingkan perutnya sendiri mulai memancang paku beton, yang berencana membangun suatu bangunan megah, serta hal tersebut akan kembali mengundang atau munculnya indikasi kerawanan bencana yang kian mengkhawatirkan.

Dan hal ini kembali menarik komentar oedas, salah satunya dari aktivis sosial senior, Manaf Suharnaf, dirinya memberikan peringatan keras mengenai potensi banjir bandang dan tanah longsor di koridor wisata Arunika.

Pada sisi kiri jalan menuju Arunika, terbentang area cekungan alami yang saat ini dimanfaatkan untuk kegiatan wisata dan pertanian. Secara morfologi, wilayah ini berada pada posisi rendah sehingga menjadi area tangkapan limpasan air hujan dari perbukitan di sekelilingnya.

“Cekungan ini menerima aliran air dari berbagai arah. Bila intensitas hujan tinggi, air akan berkumpul dengan cepat dan berpotensi menimbulkan banjir besar, bahkan banjir bandang,” kata Manaf pada beberapa wartawan, Selasa (2/12/2025)

Ia menilai kondisi tersebut diperparah oleh minimnya vegetasi penyangga tanah. Tutupan tanaman yang hilang akibat alih fungsi lahan membuat struktur tanah semakin rentan. Ketika hujan turun deras, laju aliran permukaan meningkat dan memperbesar risiko erosi maupun runtuhan tanah.

Adanya titik tanah longsor di bawah kawasan Sukageuri View. Visual tersebut menjadi indikator bahwa beban lahan di area wisata perbukitan ini mulai mengkhawatirkan. Menurutnya, longsoran itu bukan peristiwa tunggal, melainkan sinyal alam bahwa kawasan tersebut membutuhkan penanganan serius.

“Arah limpasan air sudah jelas dari lereng menuju cekungan bawah. Jika tidak ada langkah mitigasi signifikan, kawasan ini hanya menunggu waktu untuk mengalami bencana besar,” tegasnya.

Manaf juga menyoroti bahwa pengembangan wisata di Cigugur Cisantana selama ini tidak diimbangi dengan penguatan ekologi. Minimnya analisis risiko, lemahnya kontrol alih fungsi lahan, serta terbatasnya ruang hijau mempertinggi ancaman terhadap warga, pengunjung, maupun pelaku usaha.

Ia meminta pemerintah daerah, pengelola wisata, dan masyarakat agar segera melakukan penguatan vegetasi, perbaikan drainase alami, serta audit tata ruang sebelum musim hujan mencapai puncaknya.

“Kami bukan menolak pembangunan. Tapi pembangunan harus selaras dengan keselamatan lingkungan dan masyarakat. Jangan sampai satu hujan besar mengubah kawasan ini menjadi titik bencana,” Tandasnya.

(Ry)