7DETIKDOTCOM, KABUPATEN KUNINGAN, JABAR, - Penyelenggaraan agenda tahunan Tour de Linggarjati kembali menjadi sorotan publik. Alih-alih menuai apresiasi, edisi tahun ini justru mendapat kritik karena dinilai digelar di waktu yang tidak tepat. Dan hal tersebut, seharusnya lebih di desain yang tidak seharus merugikan perekonomian warga Kuningan, yang mengais rezeki, dengan cara berdagang di sekitar kegiatan acara tersebut.
Pada beberapa awak.media, Ketua Gibas Resort Kuningan, Manap Suharnap, mengatakan rasa kekecewaannya terhadap keputusan panitia dan pemerintah.
“Momen ini tidak tepat karena kondisi Kuningan sedang tidak baik-baik saja. Gelaran ini tetap dilangsungkan meskipun ada himbauan dari Mendagri. Sampai sekarang pun saya belum menemukan alasan pasti mengenai dasar keputusan tersebut,” ucapnya kepada wartawan, Pagi tadi, Sabtu (13/9/2025).
Dan agenda TDL ini juga memicu keresahan akibat ditiadakannya Car Free Day (CFD) yang membuat para pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Siliwangi, Puspa, dan Taman Kota kehilangan mata pencaharian. Masih kata dia.
Manaf, juga menilai keputusan panitia dan pemkab Kuningan, menunjukkan kurangnya empati serta berpotensi menimbulkan ketidakpuasan publik karena mengabaikan duka dan kepentingan ekonomi rakyat kecil.
Lebih jauh, Manaf, juga menambahkan. Demi menjaga kondusivitas daerah, kegiatan ini perlu mendapatkan pengawasan serius agar tidak menimbulkan keresahan baru.
“Kerumunan besar yang dihadirkan berisiko memicu gesekan sosial. Di saat kondisi batin masyarakat masih berduka, keputusan ini jelas sangat disayangkan." Tandasnya.
Terpisah, pandangan serupa juga disampaikan oleh, Pemerhati Kebijakan Publik sekaligus aktivis Kuningan, U. Kastaman, S.Sos. Kastaman, menilai pelaksanaan kegiatan tersebut sarat kontroversi, mengingat jaraknya hanya beberapa hari pasca Tragedi Demokrasi 28 Agustus 2025 yang menelan korban jiwa.
“Seharusnya pemerintah dan panitia mempertimbangkan aspek kemanusiaan. Rasa duka dan trauma masih begitu kuat, baik di kalangan keluarga korban maupun masyarakat luas. Penyelenggaraan acara ini sama sekali tidak menunjukkan empati, bahkan berpotensi menuai kritik karena dianggap tidak sensitif." Tutupnya.
( Ry.)