![]() |
( Illustrasi gambar.) |
7Detikdotcom KABUPATEN BANDUNG - .Maraknya kasus bunuh diri dalam beberapa waktu terakhir menjadi perbincangan dan pembahasan serius publik, ini juga sebagai sinyal peringatan untuk lingkungan sosial maupun keluarga. Kasus Bunuh diri tidak mengenal usia, jenis kelamin, status sosial, dan jabatan. Bunuh diri juga dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Bahkan pelakunya bisa dari kalangan yang masih terbilang muda, mengingat usia muda merupakan periode-periode transisi yang begitu antusias mengenali hal-hal baru. Namun, terkadang usia muda juga rentan terhadap ketidakstabilan dalam mengontrol diri.
Seperti
yang pernah dilakukan oleh salah satu seorang pelajar SMA yang mencoba melakukan percobaan
bunuh diri dengan menabrakkan tubuhnya ke kereta api yang melintas di
Duduksampeyan, Gresik. Diketahui, pelajar tersebut berinisial AP (17)
warga Jatirembe, pada Kamis (23/1/2025). Beruntung, nyawa perempuan
tersebut berhasil diselamatkan oleh sekuriti dan warga sekitar. Diduga
karena depresi akibat menjadi korban bully di sekolah.
Kasus-kasus ini,bukan dilakukan hanya oleh kalangan pelajar saja, kasus lainnya juga sempat menyita media dalam waktu dekat ini
Beberapa
media massa pernah memberitakan, adanya seorang pria berinisial YSF (55) ditemukan meninggal
dunia dalam kondisi gantung diri di rumahnya di Kelurahan Kedungsari,
Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, pada Rabu (22/1/2025) malam.
Di
hari yang sama kasus bunuh diri pun dilakukan seorang pria berinisial
MR (32) diduga bunuh diri di rumah kontrakannya di wilayah Kabupaten
Bekasi, Rabu (22/1/2025) pukul 12.30 WIB.
Kasus
lain selang sehari ada seorang pria berinisial A, tewas setelah nekat
melompat dari lantai 11 Mal Paris Van Java (PVJ), Jalan Sukajadi, Kota
Bandung, Jawa Barat, Kamis (23/1/2025) sore. Korban warga Kabupaten
Karawang itu diduga kuat bunuh diri.
Saat
ini, upaya yang dilakukan untuk mendukung kesadaran akan kesehatan
mental, mulai diutamakan secara preventif dan promotif karena faktor
terjadinya aksi bunuh diri itupun berbeda-beda seperti tekanan ekonomi,
depresi, egoistik, gangguan adiksi, tekanan pekerjaan, kesehatan mental
yang terganggu, altruistik, kecanduan judi online, kemiskinan,
pengangguran, anomik, lingkungan yang tidak sehat, beban hidup yang
berat, perpisahan dan pengabaian dari pasangan, penolakan eksistensi,
kesepian dan kehilangan, kecemburuan, perceraian, gangguan bipolar,
skizofrenia, ketergantungan alkohol, atau penyalahgunaan obat,
Faktor-faktor penyebab stres antara lain kesulitan keuangan atau masalah
dalam hubungan intra pribadi sering kali ikut berperan.
Setiap
tahun, tanggal 10 September diperingati sebagai Hari Pencegahan Bunuh
Diri Sedunia atau World Suicide Prevention Day (WSPD) yang
diselenggarakan oleh Asosiasi Internasional untuk Pencegahan Bunuh Diri
(IASP) dan didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Acara ini
merupakan komitmen global untuk memusatkan perhatian pada pencegahan
bunuh diri dan sebagai bentuk kepedulian terhadap tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku yang mengalami depresi berat.
Secara
umum, kita dapat mengenali tanda-tanda orang yang mengalami depresi
berat, terlihat dari perilaku yang cenderung putus asa, gelisah,
kecemasan yang berlebihan, selalu membicarakan kematian, kehilangan
nafsu makan, malas beraktivitas, pikiran kacau dan kerap menyendiri. Itu
sebagian tanda-tanda yang ditunjukkan seseorang saat memiliki keinginan
untuk melakukan bunuh diri ( Suicidal Thoughts). Walaupun sebenarnya
semua perilaku di atas tidak selalu menunjukkan bahwa seseorang ingin
melakukan aksi bunuh diri, namun perlunya antisipasi dengan membuka
ruang untuk diskusi, mendengarkan semua keluhan dari problem dan
konfliknya, memberikan dukungan moral dan spiritual, jika tindakan di
atas masih belum membantu, mungkin perlu melibatkan psikologi dan
psikiater untuk penanganan lebih intensif.
Dalam menjalani kehidupan yang kompleksitas, perlu adanya keterbukaan dan open minded terhadap lingkungan atau orang sekitar agar bisa membuka jalan pikiran secara rasional juga membantu menumbuhkan rasa percaya diri sehingga bisa menjalankan hidup dengan kualitas yang lebih baik, mendekatkan diri dengan Tuhan, merefleksikan diri dan membentuk rutinitas yang positif.
( Arnita)