![]() |
( Buku-buku yang beredar di sekolah di kuningan, tanpa ada ISBN, serta harganya luar biasa jutaan rupiah per-12-15 buku.) |
7Detikdotcom KUNINGAN - International Standard Book Number (ISBN-red) adalah kode pengidentifikasian buku yang bersifat unik. Informasi tentang judul, penerbit, dan kelompok penerbit tercakup dalam ISBN. ISBN terdiri dari deretan angka 13 digit, sebagai pemberi identifikasi terhadap satu judul buku yang diterbitkan oleh penerbit. Dan pentingnya ISBN mengidentifikasi buku tersebut secara unik, dan pihak distributor bisa lebih memfasilitasi penjualan buku tersebut ke toko buku (fisik dan digital) dan perpustakaan . Penggunaan ISBN memungkinkan kita bisa mengelola metadata buku dengan lebih baik, dan memastikan buku tersebut dapat ditemukan secara maksimal. Dan bisa sebarkan luaskan di lingkungan para pelajar di sekolah-sekolah, baik tingkat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Menengah Atas, bahkan di Perguruan Tinggi Sekalipun.
Dan buku-buku yang di terbitkan oleh pihaki penerbitan dan di cetak, bila tidak memakai ISBN, bisa diperbolehkan memakai QRCBN dan ISBN itu sebetulnya sama saja, sama-sama kode pengidentifikasian buku yang sah dan resmi. Yang membedakan keduanya adalah QRCBN digunakan di tingkat nasional, sedangkan ISBN digunakan di tingkat internasional. Untuk lebih memantapkan kualitas baca serta pengetahuan yang diberikan oleh pihak tenaga pengajar di sekolah-sekolah, pihak pengajar juga harus teliti dalam melihat kualitas serta resmi atau tidaknya buku yang akan diberikan oleh siswa-siswinya tersebut. Dan bila buku tanpa ada ISB ataupun QRCBN.
Di Kabupaten Kuningan sendiri pun, sangat banyak sekali ditemui banyak beredar buku-buku yang tanpa memakai ISBN ataupun QRCBN yang di beli oleh pihak sekolah, namun dengan harga yang luar biasa funtastis. Pembelian buku sistem per-set, yang berisi buku di dalam sejumlah 12eksemplar sampa 15eksemplar yang berbeda judul, baik buku sejarah, buku pelajaran bahasa, dan buku cerita dongeng atau legenda, di banderol oleh pihak distributor yang sudah di kondisikan oleh pihak sekolah, dengan harga 3 juta rupiah sampai 5 juta rupiah, tergantung tebal, tipisnya buku juga bahan kertasnya.
Dan untuk pembelian buku-buku tersebut, diambil dari Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS-red) Mulai Tahun 2024 untuk belanja buku dari dana BOS setiap sekolah menjadi 15 persen. Kalau Tahun 2023 masih 10 persen, dan itu pun setelah pihak awak media tinjau ke lapangan masih sangat banyak para siswa-siswi di sekolah-sekolah, baik dari tingkat SD maupun SMP yang tidak dapat, mempunyai buku, bahkan yang lebih ironisnya lagi buku-buku tersebut malah di perjual belikan, yang seharusnya di bagikan secara gratis. Dan yang lebih parahnya lagi, para distributor buku yang berkerjasama dengan pihak sekolah, tidak melakukan mensosialisasikan buku-buku yang akan di edarkan ke sekolah, ke pihak Kepala Dinas Pendidikan, lalu ke Kepala Bidang, ke Kepala Seksi Kurikulum, dan lanjut ke MKKS SMP dan K3S SD. hal tersebut, seperti di biarkan, dan hiduplah serta semakin maraklah pihak oknum tenaga pengajar yang bermain mata dalam perputaran bisnis tersebut.
![]() |
( harga buku-buku tanpa ISBN, 3 juta rupiah sampai 5 juta rupiah, per-set, berisi 12 sampai 15 eksemplar.) |
"Untuk masalah banyak beredarnya buku-buku pelajaran Lembara Kerja Siswa (LKS-red), buku sastra, bahasa, sejarah, legenda dan buku lain-lainnya, ada juga yang ber-ISBN namun sedikit, dan yang lebih banyak ya, buku tanpa ada ISBN ataupun QRCBN-nya. Namun anehnya, pihak tenaga pengajar di sekolah tersebut, tidak paham ya? serta anehnya lagi, banyak ditemui kejanggalan, seperti buku tersebut malah hanya disimpan di perpustakaan saja, bahkan tidak di bagikan, jika di bagikan pun, ya' harus membeli, dengan harga yang sangat wow, dan kadang pula, hanya di pinjamkan saja pada siswa, jika rusak ya' harus ganti." Kata Mardani, pria berkacamata, aktivis sosial yang juga hobby menulis ini. Sabtu (11/01/25)
Selain itu, pria yang akrab di sapa Dani ini, dia menambahkan, sebenarnya tidak masalah, jika buku yang di beli oleh pihak sekolah, walau tidak ada ISBN ataupun QRCBN-nya, namun harga tidak mahal serta tidak sangat funtastis, kan luar biasa, Buku Lembaran Kerja Siswa (LKS-red) juga buku-buku per-set, yang hanya berisi 12 sampai 15 buku dengan beda judul, di banderol harganya sampai 3 jutaan dan 5 jutaan, itu buku apaan memangnya? Ketus Dani, sambil tertawa.
"Dan seyogyanya, lebih bagus lagi, belilah buku dan LKS yang ber-ISBN atau yang ber QRCBN, agar lebih sedikit mempunyai mutu, jangan hanya terus di akal-akalin itu dana BOS, yang seharusnya buat kepentingan pembiayaan para siswa-siswi. Lihat coba di Cirebon, tidak ada yang namanya pihak sekolah ataupun tenaga pengajar yang menjual buku, dan murid-muridnya dijadikan ajang bisnis, buku tersebut di bagikan secara gratis karena memang dibeli dari dana BOS, jangankan buku, di disini di Kuningan, masih banyak oknum tenaga pendidik disekolah-sekolah, yang ditemui berbisnis, dengan menjual Sampul Raport, Pakaian Olahraga, dan tetek bengek lainnya. Kalau enggak percaya, survei langsung saja kelapangan." Tandasnya sambil tersenum.
( Raya )