( Surat suara banyak yang kosong dan tidak terpakai )
7Detikdotcom - JAKARTA - Fenomena yang tak disangka-sangka muncul pada hasil
Pemilihan Gubernur Daerah Khusus Jakarta (DKJ) 2024 ini, seusai hasil
rekapitulasi penghitungan suara Pilkada Jakarta itu diumumkan oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKJ pada Minggu 8 September 2024.
Bukan
hasil akhir perolehan suara para Paslon, yang menempatkan pasangan
Pramono Anung-Rano Karno menjadi pemenang Pilkada Jakarta dengan total
perolehan suara, sebanyak 2.183.239 suara (50,07%).
Yang
mengalahkan pasangan Ridwan Kamil-Suswono dengan total perolehan suara,
sebanyak 1.718.160 suara (39,40%), dan pasangan Dharma Pongrekun-Kun
Wardana dengan total perolehan suara, sebanyak 459.230 suara (10,53%),
Melainkan
tingginya angka warga Jakarta yang tidak memilih para Paslon Gubernur
dan Wakil Gubernur tersebut atau memilih Golput. Hal itu dapat disimak
dari hasil rekapitulasi akhir oleh KPUD Jakarta dengan jumkah total
surat suara sah sebanyak 4.360.629 (53,05%) dan surat suara tidak sah
sebanyak 363.764 (4,6%), sedangkan Jumah daftar pemilih tetap Pilkada
Jakarta mencapai 8,2 juta suara.
Berarti
dapat dipastikan hampir setengahnya jumlah penduduk Jakarta yang tidak
menggunakan hak suara mereka atau memilih golput, tepatnya sekitar 3,4
juta (45%). Jumlah ini tertinggi di Pulau Jawa, sebagai perbandingan,
persentase jumlah golput di Jawa Barat adalah 33,66%, Jawa Timu 30,15%
dan Jawa Tengah 26,44 %.
Bahkan
jumlah persentase golput tersebut mencetak rekor tertinggi sepanjang
sejarah berlangsungnya pemilihan umum di kota yang pernah menjadi Ibu
Kota Republik Indonesia itu.
Sepertinya
masyarakat Jakarta memunyai pandangan tersendiri terhadap Pilgub 2024
ini, mereka merasa para Paslon yang ada tidak dapat menjawab aspirasi
mereka, ditambah kini masyarakat Jakarta telah cukup terdidik dan melek
terhadap berbagai drama politik kepentingan sebelum masuk masa Pilkada
2024. Hal yang lainnya adalah siapapun pemimpinnya tidak akan mengubah
nasib mereka.
Dikutip
dari BBC News Indonesia, Dosen Pemilu Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Titi Anggraeni menjelaskan mengenai fenomena ini,
"Para
Paslon yang ada, kurang sejalan dengan aspirasi politik warga dan elite
lokal, figur yang disukai justru tidak mendapatkan tiket politik,
semisal Ahok dan Anies Baswedan, mereka merasa dikhianati oleh
partai-partai dan elite politik atas rentetan peristiwa yang terjadi
sejak Pemilu hingga penyelenggaraan Pilkada," ujar Titi.
Sementara
salah seorang warga di kampung Rawa, yakni Minawati mengungkapkan
hampir 50% warga di tempatnya memilih golput dengan cara mencoblos semua
gambar Paslon pada surat suara,
"Alasannya
mereka tidak percaya lagi kepada elit politik, mereka berpandangan
siapapun pemimpinnya tidak akan mengubah nasib kami, tidak ada yang
bakal menyuarakan aspirasi kami," ungkap Minawati yang juga merupakan
Koordinator Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK).
( Wahyu Toveng )