Puisi Lasman Simanjuntak : " Ranjang Tumbuh Jamur Liar."

( Foto Illustrasi )

7detik.com - Sastra Puisi -

 1/

Ranjang Tumbuh Jamur Liar

di hamparan ranjang memanjang
tumbuh jamur liar
ada pentas malam 
sudah tiga bulan 

disebar adegan 
ribuan tulang belulang
kesakitan 
menggelepar 
seekor rusa jantan
masuk kamar diam-diam

ini persetubuhan kita yang terakhir, pintamu memohon belas kasihan pada rembulan 

musim hujan pepohonan
justru makin kering
dalam tubuhmu  yang makin mengecil

di taman eden engkau perempuan samaria
tanpa makan daging
tanpa makan ikan
kesedihan pun menjelma jadi kelaparan berkepanjangan

aku hanya hamba tuan
yang merayap-rayap
mencari kuburan 
untuk tempat peristirahatan
sepanjang zaman
tak berkesudahan 

Jakarta, Kamis 6 Oktober 2022
 
2/

TAMAN GETSEMANI 

usai upacara komuni
menuju seberang tembok kota yerusalem
garang dan liar
ke sana kubawa rerumputan hijau
bunga-bunga surga.

tanah malam jadi basah
airmata mencekam
bulan meleleh
ke pelupuk mata para rasul.

angan-angan kudus sungai kidron
membentur pada doa-doa syafaat
keterasingan diri
jadi sebuah penderitaan yang dalam.

ditariknya tangan petrus, yakobus, dan yohanes
menuju tangga batu
langit yang baru ; membiru !
angin jahat telah meniup dosa
meninabobokan dua belas tubuh letih
di atas batu nisan
direbahkan diri ke tanah.

“ya, Abba, ya Bapa……
ambilah cawan dosa ini daripadaku,” seru Yesus
membuka jendela langit
terbuka bintang-bintang berkejaran
peluh-Nya menjadi titik-titik darah
mencair ke tanah.

ini doa krisis terakhir untuk murid-murid
ini doa krisis terakhir untuk kita semua.
cawan Kristus begitu berat
bukan kesakitan
dicambuk dan disalibkan
bukan penderitaan
mental dihina dan ditolak
ini adalah penderitaan rohani
memikul dosa dunia.

nasib dunia ditentukan
nasib manusia diitimbang

Bekasi, Juni 2015
 
3/

SAJAK TAHUN 2024

serpihan waktu purba
dihembuskan
dari seonggok kesepian
babak belur di sudut hati
yang tercemar penderitaan
jadi berkepanjangan

cemas, mengerikan, mematikan
berdarah-darah, katamu dengan suara kurus kering

kemelaratan ada disetiap
ujung akhir tahun
tak mau dicatat dalam sajak
berabad-abad tak kunjung sembuh

lihatlah,
roh siapa yang harus dibakar
api kematian di atas kaki dian
selalu menyala
tak pernah padam
meskipun ditiup angin
musim kemarau
tanpa cuaca basah

semuanya tak kunjung selesai
sampai tutup dan buka tahun
seperti ada penghakiman liar yang mengambang
dilepas semua jabatan
ditikam pisau pertempuran

biarlah,
waktu terus berlari
hidup harus berserah
sampai kita tiba
di laut kaca
dengan nama penyair
tak berbuah
 
4/

MENULIS SYAIR UNTUK PRESIDEN
-episode dua-

jika aku jadi presiden
aku akan melanjutkan
menulis syair ini
sambil menghitung jumlah utang negara
di bawah awan garang

bahkan angan-angannya telah dikorupsikan mencapai delapan puluh triliun rupiah

setelah itu
kutelan rakus ribuan kilometer
jaringan jalan tol, kereta api cepat, bendungan tak bisa dijebol, dan mobil listrik yang sering meledak di pinggir jalan protokol

sekarang lihatlah,
aku sudah jadi presiden
tak punya janji
hanya kusodorkan
perawan berpendidikan
anak-anak mampu berlarian
mengejar sejumlah harapan
tanpa harus jadi pesakitan

karena masa depan
bukan lagi milik pesyair
yang rajin menulis syair
untuk disodorkan
di pintu gerbang negarawan
acapkali kebakaran
uraikan kemacetan di seputar
bunderan kematian

Jakarta, Kamis 1 Februari 2024
 
5/

KARTU KREDIT 

buah gelisah 
siap dipetik
dari pohon kehidupan 
tumbuh liar 
di mesin anjungan tunai, resto siap saji
sampai menelan rakus kaki-kaki onderdil mobil
untuk belanja tanpa bunga bank 
pagi dan petang

mengapa engkau tetap tenang, kawan
padahal tagihan utang bertubi-tubi
disodorkan dengan sebilah pedang
tanpa tetesan darah 
berceceran di lantai penjara
bawah tanah

damai sembahyang
di depan layar zoom 
bahkan sejak subuhhari
terus selidiki kitab suci

padahal sebagai pujangga penyakitan
aku sudah berpuasa dan berdoa
lima sabat lamanya
tercatat dalam kertas almanak
satu hari untuk sepuluh hari berdoa
menahan lapar dan haus di padang gersang

anakku selalu saja kirim pesan
yang diulang-ulang 
sangat membosankan
sambil menantang matahari liar 
di tangan kanan
apakah rumah sewa
harus dibakar, tanyanya

sebab semua tamu asing 
akan menyerbu
dari negeri seberang lautan
berwajah orang-orang hitam

aku hanya diam 
membatu
sambil terus menyelesaikan puisi murahan
yang tak akan dibayar
sampai rabi datang

o, kutunggu saja
jawaban dari Tuhan 
pekan mendatang

Jakarta, Minggu 29 Januari 2023
                                                                   Biodata : 
Pulo Lasman Simanjuntak dikenal sebagai penyair angkatan -80-an.Ratusan karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan 35 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia.Karya puisinya juga telah dipublikasikan ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan India.Sering membaca puisi di Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.
Kontak : 08561827332 (WA)
Medsos  : 
Facebook  : Bro
Instagram  : Lasman Simanjuntak
Tik Tok  : Lasman Simanjuntak
Youtube : Lasman TV