![]() |
( Foto Dokumentasi Raya www.7detik.com ) |
7detik.com - “Nampaknya
bangsa ini sedang kesandung oyot mimang” celetuk seorang kawan seusai
menghadiri dialog dengan beberapa pakar keIndonesiaan; yang menurut saya
pribadi, pada dasarnya justru tidak pernah jelas juga letak
keIndonesiaannya, kecuali penguasaannya atas sekian data atau mungkin
fakta, itu pun yang sudah dibaca dalam framing disiplin ilmunya yang
hampir pasti tidak bebas nilai.
Fokus
kita kali bukan itu, tetapi tentang perumpaan ‘kesandung oyot mimang’
yang dipakai kawan saya. Oyot mimang atau akar mimang adalah sejenis
akar tumbuhan yang dipercaya punya daya magis. Konon orang yang
tersandung akar ini akan berputar-putar di sekitar akar tersebut.
Kemanapun arah dia berjalan, pada akhirnya akan selalu kembali ke
tempatnya semula.
Di Jawa misalnya, kepercayaan ini
sedemikian kuat sehingga istilah ‘tersandung akar mimang’ secara
konotatif acap dipakai untuk menyebut orang yang kebingungan mencari
jalan keluar bagi masalahnya.
Tentang
bagaimana situasi ‘tersandung akar mimang’ itu, seorang kawan saya yang
lain, yang kebetulan seorang tentara, pernah bercerita tentang
pengalamannya tersesat di tengah hutan. Semula ia dan pasukannya heran,
karena setiap kali berjalan untuk keluar hutan, selalu saja kembali ke
tempat semula.
Dan itu terjadi berulang-ulang,
sehingga kawan-kawan sepasukannya mulai terlibat dalam perdebatan yang
makin lama makin sengit. Mulai dari masalah kompas yang dianggap
bermasalah, pembacaan kompas yang dicurigai keliru, pencari jalan yang
dituding teledor sampai dengan komandan yang dinilai agak ngawur dalam
menentukan pilihan.
Yang
membuat mereka tak habis pikir, begitu katanya, setiap kali berjalan
mereka selalu yakin seyakin-yakinnya bahwa arah yang mereka tempuh sudah
benar menurut kompas dan petunjuk-petunjuk lainnya. Tapi kenyataannya
mereka tak pernah keluar dari hutan, tapi tetap saja kembali ke tempat
semula.
Melihat gejala perjalanan yang aneh
tersebut, kawan saya mulai berpikir: jangan-jangan mereka tersandung
akar mimang. Tak semua kawan sepasukannya percaya hal tersebut, sebagian
malah menertawakannya.
Tentu
saja kawan saya ketakutan. Penyebabnya: konon mereka yang tersandung
akar mimang semakin lama akan semakin panik dan akhirnya malah seperti
kesetanan untuk mencari jalan keluar. Tentu saja ini bukan saja menguras
tenaga, tapi juga pikiran dan secara psikologis sangat menekan. Itu
sebabnya, menurut kepercayaan di masyarakat, tersandung oyot mimang
berpotensi menyebabkan kematian; karena kehabisan tenaga dan kelaparan.
"Cerita
inilah yang terlintas di ingatan ketika mendengar celetukan kawan saya
tadi. Jangan-jangan memang benar: bangsa kita memang sedang tersandung
akar mimang?"
Lihat saja
di lapangan, semua orang seperti sedang sibuk menyelesaikan sesuatu,
tapi di akhir cerita kita selalu disuguhi fakta: sesuatu itu ternyata
masih tetap seperti sebelumnya, bahkan -tak jarang- malah jauh lebih
hancur lagi.
"Atau, orang seperti menyelesaikan masalah dengan cara
membuat masalah baru untuk menutupinya. Luar biasa." Sabtu (31/08/24)
( Jumadi ;Penulis, Penyair dan sastrawan Indonesia.)