![]() |
( Foto dokumentasi Wahyu Toveng. www.7detik.com ) |
7detik.com - Jakarta - Sungguh mengharu-biru menyimak penampilan secara
streaming grup musik rock era 2000-an yang telah lama vakum dari kancah
permusikan dunia, terlebih mereka sekarang tampil dengan darah baru,
semangat bermusik yang kembali dipenuhi antusiasme dan energi positif
dalam karya musik mereka. Linkin Park, grup musik rock beraliran Nu
Metal atau Hip Metal itu, kini telah keluar dari masa kelam kedukaan
mereka sejak ditinggal oleh vokalis utamanya, Chester Bennington, yang
tutup usia pada 2017. Publik musik dunia kala itu terhenyak oleh
kematian Chester yang saat jenazahnya ditemukan oleh seorang kru
tergantung di rumahnya.
Namun
masa kelam itu telah berlalu, dan hidup harus terus berjalan, kini
Linkin Park hadir kembali dengan seorang vokalis baru, yang kemudian
membuat takjub ialah, vokalis barunya itu seorang perempuan. Adalah
Emily Armstrong yang tampil diperkenalkan oleh Mike Shinoda selaku
leader grup kepada publik di konser yang disiarkan secara langsung dari
Kia Forum, Los Angeles, California, Amerika Serikat, melalui kanal
YouTube mereka itu, pada 9 September 2024 lalu. Setelah permainan cahaya
dan sedikit intrumental pembuka dan sapaan, "is good to see you again"
dari Mike Shinoda di awal konser, Linkin Park langsung membuka konser
dengan single terbaru mereka Emptiness Machine, sebuah lagu yang telah
mereka rilis video klipnya sejak 6 September 2024. Lagu berirama cepat
dengan identifikasi sound khas Linkin Park seperti di era awal mereka
muncul. Yang menyegarkan dan membuat shock tentu saja suara vokal Emily
Armstrong, ia seperti mereinkarnasi suara vokal Chester yang tidak lagi
terdengar langsung dari band ini sejak tujuh tahun lalu. Bukan
menggantikan sosok vokalis fenomenal tersebut tetapi Emily mampu membuat
dimensi yang berbeda dengan tetap pada ciri khas lagu-lagu Linkin Park
yang vokalnya pernah diisi Chester.
Dan
beberapa hits klasik mereka yang dimainkan pada konser tersebut
benar-benar tuntas menjawab kerinduan penggemar band ini. Ketika
menyimak lagu-lagu seperti Crawling, Paper Cut, Somewhere I Belong,
Lying From You, Breaking The Habbit, What I've Done, Numb, Burn It Down,
In The End, hingga Faint, dinyanyikan oleh Emily tanpa cela sedikitpun.
Terkadang pada lagu-lagu dengan bagian vokal normal, cara Emily
bernyanyi terdengar lembut dan melodius, namun saat lagu-lagu tersebut
telah sampai pada bagian chorus dengan scream kasar dan dalam yang telah
menjadi ciri khas Chester sebagai penyanyi sebelumnya, Emily pun mampu
mengeksekusinya dengan sangat keren. Kalau boleh memilih, maka pada lagu
Faint, suara scream kasar Emily menjadi yang terbaik dari keseluruhan
lagu pada konser tersebut. Ia langsung mendapat applause kagum dari para
penonton sesudah mengeluarkan erangan tersayat kasar dan lirih di
bagian puncak lagu.
Hal
lain yang cukup menarik adalah penampilan santai dan casualnya yang
membuatnya terlihat anggun, jauh dari gaya glamour khas penyanyi rock
perempuan kebanyakan, bahkan tidak terlihat seperti penyanyi yang
melantunkan lagu-lagu keras sedikitpun. Namun saat ia mengeluarkan suara
screamnya semua orang pasti terperangah. Kok bisa dengan paras semanis
itu bernyanyi dengan suara seperti itu dari awal hingga akhir konser,
mungkin itu yang ada di benak semua orang yang menyimak. Sepintas sosok
Emily dengan warna rambut dan postur tubuhnya yang tinggi mengingatkan
pada sosok Gwen Stefani, vokalis No Doubt. Tetapi bahkan ketika menyimak
penampilan lawas Emily sebelum bergabung dengan Linkin Park, saat
bersama grup musik Dead Sara, ia adalah front woman musik rock yang
begitu totalitas dalam mengeluarkan kemampuannya bernyanyi, meski tentu
saja terdapat corak yang sangat berbeda dalam warna musik antara Dead
Sara dan Linkin Park.
Emily
Armstrong bukanlah satu-satunya nama yang diperkenalkan sebagai
personil baru Linkin Park pada konser tersebut. Sosok Drumer Collin
Britain diperkenalkan pula sebagai pengganti Rob Bourdon yang sudah lama
mengundurkan diri sepeninggal Chester Bennington. Selain Mike Shinoda
sebagai vokalis dan multi instrumentalis, tentu saja masih ada Dave
Farrell sebagai Bassis, Joe Hahn sebagai DJ, sedangkan sosok gitaris
Brad Delson tidak nampak, posisinya diisi oleh Gitaris Alex Feder. Band
ini sendiri muncul di era ketika musik masih dapat dinikmati dari pita
kaset dan kepingan CD, seangkatan dengan grup-grup musik keras lainnya
seperti, Limp Bizkit, Korn, Slipknot, POD, Evanescence, hingga Papa
Roach.
( Wahyu Toveng )