Mengantisipasi Perubahan Iklim, Ini Kata Kepala Diskatan Kuningan

( Dr. Wahyu Hidayah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kuningan. foto, 7detik.com )

 

7detik.com - Kuningan - Anomali iklim dan cuaca yang semakin sering terjadi selama dasawarsa terakhir ini, merupakan fenomena nyata telah terjadinya perubahan iklim yang sangat signifikan di semua belahan dunia (Global Climate Change). Kalau pada pada dasawarsa sebelumnya, pergantian musim dapat ditebak dengan menghitung bulan setiap tahunnya, namun kondisi itu kini sudah nyaris berubah total. Bulan Meret sampai September yang selama ini selalu diindentikkan dengan musim kemarau, namun pada bulan-bulan tersebut sering terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi, sehingga dampaknya sulit di antisipasi, karena memang diluar prediksi. Begitu juga dengan musim penghujan yang biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Pebruari, sekarang juga sudah sangat sulit di prediksi, pada bulan-bulan dimana biasanya terjadi hujan dengan intensitas tinggi, namun di beberapa daerah malah terjadi kekeringan.

Dampak dari perubahan iklim ini akhirnya dirasakan oleh semua sektor kehidupan, namun dampak terbesar sangat dirasakan di sektor pertanian. Menurunnya kualitas, kesuburan dan daya dukung lahan, menyebabkan produktivitas hasil pertanian juga ikut menurun, begitu juga dengan ketersediaan air yang semakin terbatas dan kualitasnyapun yang semakin menurun, juga menjadi penyebab terus anjloknya produksi pertanian. Ditambah lagi dengan fenomena El Nino dan La Nina yang juga sangat berpengaruh terhadap siklus iklim yang secara otomatis menyebabkan bergesernya jadwal tanam berbagai komoditi pertanian serta semakin besarnya kemungkinan terjadi gagal panen (puso).

Tantangan besar yang dihadapi petani di Jawa Barat, salah satunya dampak perubahan iklim akibat fenomena El Nino. Seperti diketahui, Jawa Barat memiliki sebaran potensi pertanian sebesar 70,5 persen, menjadikan sektor ini sebagai tulang punggung perekonomian daerah. Sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat berfungsi strategis sebagai lumbung pangan nasional, menopang kebutuhan bahan pangan pokok terbesar di Indonesia, terutama padi/beras.

Di Jawa Barat, terdapat potensi sawah tadah hujan seluas 201.542 hektar yang dapat dipompanisasi serta potensi areal tanam padi gogo seluas 3.672 hektar. Pompanisasi menjadi strategi efektif untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan memanfaatkan sumber air untuk mengairi lahan-lahan tadah hujan. Teknik ini diterapkan pada lahan sawah tadah hujan yang memiliki akses sumber air permukaan seperti sungai, embung, atau waduk, dengan tujuan meningkatkan Indeks Pertanaman (IP). Perluasan areal tanam ini terfokus pada daerah-daerah dengan IP 100. Dengan demikian, pada musim kemarau pun produktivitas tetap terjaga dan kegiatan penanaman dapat terus dilakukan.

Dalam menghadapi masa perubahan iklim dan cuaca, di bulan September ini serta memasuki bulan Oktober, pihak Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian ( Diskatan-red ) Kabupaten Kuningan, menyoroti akan hal ini. Saat di konfirmasi, diruangan kerjanya, Dr. Wahyu Hidayah M.Si  Kepala Diskatan, dia mengatakan.

"Mulai bulan September ini, kita juga sudah bersiap-siap, dan alhamdulillah kemarin sudah ada hujan di Kabupaten Kuningan. nah, untuk saat ini, pihak kita sedang persiapan untuk melakukan penanaman padi untuk masa September-Oktober, kemudian terkait dengan kebutuhan air, Alhamdulillah tahun ini Diskatan dapat fasilitas yang cukup banyak dari kementerian Pertanian, yaitu ada bantuan kompanisasi, dan sudah kita manfaatkan." Papar Wahyu, Rabu ( 18/09/24)

Wahyu juga menambahkan. Untuk seluruh air yang ada dari sungai, dari danau, dari setu dan yang lain, untuk saat ini sudah kita manfaatkan, dengan menanam padi. Terangnya.

"Selain itu kita juga mengantispasi akan ada hal lain di musim penghujan, selain juga akan ada ketersediaan air yang banyak, guna kembali penanaman padi, dibulan Oktober-Desember, nah, pada saat sekarang, kita juga sudah persiapkan untuk penyiapan lahan secepatnya dan kemudian melakukan penanaman untuk menjaga ketahanan pangan, khususnya untuk di Kabupaten Kuningan." Tutupnya.

( Raya )