![]() |
( Hajatan Puisi Di Bekasi. foto dokumentasi www.7detik.com ) |
( Hajatan Puisi Di Bekasi. www.7detik.com )
Sastra - 7detik.com - Kemarin, 8 September 2024 bertepatan dengan Literasi
Nasional, Hari Kakek Nenek Sedunia, Bekasi menjadi saksi pelaksanaan
Hajatan Puisi pertama yang diadakan dengan tema Berkhalwat di Bekasi.
Acara ini mengundang dua narasumber dan sastrawan, termasuk Bang Khoir,
yang membahas karya-karya Sofyan RH Zaid, terutama buku Khalwat. Diskusi
ini membawa penonton pada pemahaman yang lebih dalam mengenai sisi
spiritual dalam puisi Sofyan, sebuah dimensi yang tak mudah untuk
diungkapkan melalui kata-kata.
Kesulitan dalam Mengungkapkan Keindahan Tuhan
Dalam
paparannya, Bang Khoir menyoroti betapa sulitnya bagi seorang penyair
seperti Sofyan RH Zaid untuk mengungkapkan keindahan Tuhan. Hal ini
bukan semata karena keterbatasan bahasa, tetapi karena kedalaman
spiritual yang dirasakan Sofyan dalam proses penciptaan puisinya.
“Suasana batin yang tidak mudah diidentifikasi,” ujar Bang Khoir,
menggambarkan bagaimana Sofyan berjuang menangkap esensi ilahiah melalui
puisinya.
Menurutnya,
ada sisi spiritual yang kadang terlalu abstrak untuk dipahami
sepenuhnya, bahkan oleh penyair itu sendiri. Kesulitan ini justru
memunculkan puisi-puisi Sofyan yang kaya akan simbolisme dan pemaknaan
batin. "Entahlah, aku tidak mengerti, aku hanya mencipta puisi untuk
yang tak perlu aku tahu," kata Sofyan, seolah menegaskan bahwa puisi
lahir dari sebuah misteri yang tak harus selalu dijelaskan.
Kesombongan Spiritual dalam Perspektif Sufi
Dalam
diskusi ini, Bang Khoir juga menyinggung tentang kesombongan spiritual,
sebuah konsep dalam tradisi sufisme yang menggambarkan bagaimana
seorang sufi seharusnya tidak menonjolkan kesuciannya. Seorang sufi yang
sejati tidak ingin dikenal sebagai sufi. Menurut Bang Khoir, jika
seorang sufi menunjukkan kesucian dirinya, maka ia justru telah jatuh
dalam kesombongan spiritual yang bertentangan dengan ajaran sufi itu
sendiri. "Tidak ada seorang wali yang mengetahui dirinya wali kalau ia
bukan wali lagi," tegasnya.
Perspektif
ini memberikan warna baru dalam memahami puisi-puisi Sofyan, di mana
banyak dari karyanya menyiratkan ketulusan yang dalam tanpa keinginan
untuk diakui sebagai penyair besar atau tokoh spiritual. Sofyan menulis
dari kerendahan hati, menyadari bahwa makna terbesar dari puisi-puisinya
mungkin tak selalu bisa ia pahami sepenuhnya, dan mungkin tak perlu
dipahami oleh semua orang.
Membaca Tafsir di Balik Kata-Kata
Bang
Khoir juga menjelaskan, "Bahwa dalam karya-karya Sofyan, terdapat usaha
untuk memaknai tafsir di balik kata-kata yang tertulis. Kata-kata bukan
sekadar rangkaian huruf yang indah, melainkan jendela menuju kedalaman
spiritual yang lebih besar. Dalam tradisi sufi, tafsir selalu membawa
lapisan-lapisan makna yang tersembunyi di balik permukaan. Begitu pula
puisi-puisi Sofyan yang sering kali menghadirkan keindahan yang tak
langsung terjangkau oleh pikiran, tetapi dirasakan oleh jiwa."
Sebagaimana
puisi Khalwat, karya Sofyan berusaha menangkap getaran-getaran
spiritual yang terpendam dalam keheningan. Melalui kata-katanya, ia
mengajak pembaca untuk berkontemplasi, untuk merasakan keindahan Tuhan
yang hadir melalui simbolisme dan metafora yang ia gunakan.
Menafsir Misteri Melalui Puisi
Hajatan
Puisi di Bekasi ini bukan hanya sebuah acara sastra, tetapi juga ruang
bagi perenungan spiritual yang mendalam. Karya-karya Sofyan RH Zaid,
sebagaimana yang dibahas oleh Bang Khoir, menawarkan sesuatu yang lebih
dari sekadar keindahan bahasa. Mereka menggugah kesadaran kita tentang
misteri kehidupan, tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, dan tentang
kerendahan hati yang seharusnya menyertai setiap penciptaan seni.
Sofyan,
melalui puisi-puisinya, menunjukkan bahwa tak semua hal perlu
dimengerti secara sempurna. Kadang, penciptaan puisi itu sendiri sudah
cukup menjadi sarana untuk merasakan apa yang tak terungkapkan. Dan
itulah kekuatan sejati dari karya-karya Sofyan RH Zaid – sebuah usaha
untuk merangkul keindahan Tuhan, meski melalui keterbatasan kata-kata.
"Entahlah,
aku tidak mengerti, aku hanya mencipta puisi untuk yang tak perlu aku
tahu." Kalimat ini, yang keluar dari hati Sofyan, mengingatkan kita
bahwa puisi adalah tentang perasaan dan pengalaman, bukan tentang
jawaban-jawaban yang pasti.
( Rissa Churria: Penulis, Penyair, Sastrawan Sekaligus Seorang Guru )