7detik.com - Kuningan - Terkait dengan banyaknya komentar miring dari para pemilik usaha pariwisata, para pekerja yang menggantungkan hidupnya berkerja di tempat wisata, soal tidak teraturnya masalah penataan dan jarak lokasi tempat wisata-wisata yang baru di wilayah Kabupaten Kuningan, tentang kebijakan dari pihak Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata ( Disporapar-red ) yang dianggap tidak memikirkan nasib pengelola juga para pekerja di tempat wisata, yang pada akhirnya pihak Disporapar tidak dianggap profesional untuk mengatasi hal tersebut.
Selain berdampak persaingan tidak sehat antar para pelaku usaha wisata satu dengan yang lainnya, hingga akan membuat pengelola terancam gulung tikar, serta akan membuat para pekerja menjadi pengangguran.
Hal tersebut, di katakan langsung oleh Fawzi, manager pengelola Objek Wisata Linggarjati, yang berlokasi tepat di pinggir jalan raya Linggarjati, Kecamatan Cilimus Kuningan.
"Ya seharusnya, sih kebijakan itu kan ada di dinas pariwisata setiap izin yang muncul seharusnya dilihat dulu antar jaraknya itu. Dulu waktu kami mengelola Linggarjati minimal jarak itu adalah sekitar 3 sampai 5 kilo, dan baru ada wisata lagi." Terang pria yang akrab di sapa Pak Oji ini, pada awak media, saat di temui di tempat kerja di OW Linggarjati. Rabu pagi tadi, (25/09/24)
Dari jarak tersebut, hingga para pengunjung atau para wisatawan, akan menjadi sedikit membludak memasuki kawasan wisata yang kami suguhkan atau kami tawarkan. Dan semua itu akan terlihat, seberapa banyak para wisatawan yang datang, bahkan roda perputaran ekonomi ya terlihat jelas secara nyata. Jadi tidak akan ada lagi manipulasi data yang di buat-buat soal jumlah par apengunjung juga omset yang di dapatkan oleh si pengelola. Masih kata Oji, menambahkan.
Kawasan Obyek Wisata Linggarjati, yang legend di wilayah Kuningan, ya cuman kita. Dan pada akhirnya ditinggalin, karena semakin menjamurnya dan begitu gampangnya pihak Disporapar berikan izin untuk mengelola tempat wisata, dan yang lebih mirisnya lagi, yaitu penataan jarak dari tempat wisata yang satu ke lainnya sangat dekat, hingga menjadi semrawut, serta membuat semakin hancur sistem manegemen juga strategi marketing untuk kami menawarkan segala fasilitas yang ada di tempat wisata kita.
"Jadi kita juga suka sedih, dan lihat saja kayak sekarang ini, enggak ada tamu kita, dan akhirnya dampaknya menjadi banyak pengusahanya gulung tikar, bahkan banyak karyawan yang akhirnya menjadi kehilangan pekerjaan. Disporapar harusnya melihat, memikirkan juga harus bisa bersikap profesional, bila ada yang pengusaha yang baru mau membuat tempat wisata, jangan digampangkan saja. Dan pada akhirnya, semakin banyak melanggar,-melanggar aturan, baik dari tata ruang, lahan pertanian yang akhir di sikat, izin, serta lain sebagainya. Dan betul karena kalau kita lihat mohon maaf kayaknya, itu semua sudah terjadi, baik melanggar aturan, zona bahkan izinnya sampai mana Saya yakin ini izinnya dia belum sampai izin benar-benar harusnya kan yang namanya wisata harus ada izin rekomendasi dari para pelaku wisata lainnya. Jadi jangan berlaku tidak profesional, hanya demi keuntungan pribadi serta hal lainnya, kita semua tahu, Kuningan itu kota wisata tapi jangan sampai acak-acakan seperti ini. Jadi tolong ya agak dibenahi, lihat saja, dengan adanya jarak antara ini semua, seperti sekarang jarak tempat obyek Linggar jati dengan j&j lalu Ghifari kemudlan anjuang itu terlalu dekat gitu loh, harapan kami, pihak Disporapar harus berlaku lebih profesional, sehingga masyarakat Kuningan, berpikiran buruk dan berprasangka lain terkait semua hal, baik anggaran, serta halmlain sebagainya." Tandasnya.
( Raya )