![]() |
Mereka Bilang, Aku Monyet! |
![]() |
Penyair Lonte, Dia Menyelinap Untuk Mencari Eksistensi |
Dalil-Dalil Mimpi
::
Dan hujan yang membasahi bumi, mengecup kening-kening bebatuan
musim senja merapal mantera-mantera hitam untuk menuang semua luka yang membuatnya menangis karena di tinggalkan matahari
"Ketelanjangan ini, akan menjadi saksi, bahwa aku, selalu ingin pergi. Membuncah dan aku tak ingin ber-onani untuk semua yang kau miliki."
---
Raya Langit Rokibbah
Dalam Pembuangan Bogor
250923
Penyair dan Lonte
::
Dan memaksa-ku untuk menjilati manis tubuh-nya:
Apa yang kulihat, kudengar sudah kutuangkan di sini...
"Malam ini, aku merayu cinta. Dan ber-onani sendiri."
: Sialan!
-----
Raya Langit Rokibbah
Bogor 201023
Gerimis
2.
Di musim gerimis
bungabunga berguguran
daun-daun mengering: Lalu ada yang layu sebelum berkembang...
3.
Noktah merah tertulis pada sebait puisi
dan cinta membunuh cinta
: Mampus!
----
Raya Langit Rokibbah
Pengasingan Bogor 131223
Sajak-Sajak Onani
::
Lidahmu ku-biarkan menjilati tubuhku
memotong semua khayalan yang ada dalam semua pikiranku.
Ah' Mampus!
O, geliat tubuhmu begitu menggoda
O, bibirmu begitu merayuku, untuk kuinginkan
Dan izinkan aku menendang bokongmu
: Anjing!
Perutmu yang sedikit membunting, hasil onani kita semalam, tak membuat kita ketahuan oleh banyak orang
Kutunggu kelahiranmu, semoga anak yang kau kandung, tidaklah menjadi anak yang licik--picik dan pecundang
: Sialan!
Kemaluanmu membujuk-ku untuk terus mencumbu angan-angan
Ingin kaya, ingin banyak punya-punya
Teruslah engkau obral janji setiap hari, agar semua orang tidak tahu, kalau kita ingin menipu
: Ah' Dasar maling anjing!
----
Raya Langit Rokibbah
Dalam Pengasingan Bogor
150923
Mengukir Wajah Di Dalam Cermin I
: Rie...
Entahlah,
hanya pada degup isyarat aku mengukir wajahmu
menyesak, nisbi merongga.
Pada rintik hujan,
apakah kau membaca kata isyarat salamku itu?
untuk kesekian kalinya aku selalu mengecup kening dingin
pada tiap butiran rintik hujan yang menetes di batubatu
Pecah,
dan menggantung lelap,
tertidur dalam kesunyian
03:09wib
2 22/03/2013
Selatan Jakarta
Mengukir Wajah Dalam Cermin II
: Rie...
Dirimu,
mungkin masih terus terhanyut lepas mengalir
sedangkan aku terus meratapi sepi di altar rumput ilalang
mengecup hangat kening cahaya matahari di rongga tubuhmu.
Akulah lelaki abadi,
di antara butiran debu di atas bukit itu
berkaca sendiri, mengukir misteri di nisan hati risaumu
cahaya menyelubung cahaya.
Merongga,
menggenggam nyala cahaya
menyemat taburan bunga-bungamu
dan, aku terus bernyanyi La di altar kubah hitam
apakah kau mendengar perempuanku?.
04:22wib
22/03/2013
Selatan Jakarta
Mengukir Wajah Dalam Cermin III
: Rie
Di sanalah,
dan, kau akan kubimbing ke dalam cahaya di kerajaanku
menghitung bijibiji kembang pada malam hari
menadahi butiran air di surau kecil itu.
Debu-debu,
aku akan selalu jadikan sarang
dan, kau akan terus termenung,
tercengang berkacakaca pada kaca di semua pintu jendela.
Akulah, rintihan indahmu
di balik kaca jendela di tamantaman bungamu
pada bening indah bola matamu.
04:55wib
22/03/2013
Selatan Jakarta
----
Raya Langit Rokibbah
Dalam jeruji besi
LPNGS
Perempuan Tanpa Titik Koma
::
Perempuan-perempuan yang menarinari di altar batu
merapal mantera-mantera cinta, menulis rindu di bulir rintiknya hujan gerimis
Nyanyian burung kenari di musim pagi, menuang cerita tentang kata rindu yang ingin dia sampaikan
lalu rantingranting berguguran, di musim senja pada waktu itu:
Aku mendengar Isak tangismu di penghujung malam, dan aku mendengar engkau meracau ingin memeluk diriku...
"Ada kegelisahan yang engkau sisakan untuk semua kata cinta dan rindu untuk semua pertemuan kita nanti."
: Membunuh sepi dalam keterasingan kita berdua...
----
Raya Langit Rokibbah
Cerita rindu dalam jeruji besi Bogor
070823