Rissa Churia, Kartini Indonesia, Penuh Inspirasi, Beragam Karya Sastranya

Rissa Churia, Sastrawan Perempuan Indonesia, saat membaca puisi di kegiatan sastra yang di hadirinya.Di Kutip Dari Dokumentasi Foto: Rissa Churia.

Penyair, penulis dan sastrawan Indonesia, Rissa Churia, saat di undang dalam kegiatan acara wisata literasi Indonesia. Di kutip dari Dokumentasi Foto : Rissa Churia .



Jawa-Barat - 7detik.com - Ketika kita membaca novel, puisi, cerpen atau karya sastra lain, baik yang ada di berita sastra koran, electronik bahkan dari group-group sastra yang ada di media sosial. Lalu pernahkah anda secara pribadi bertanya tentang siapa penulis karya sastra tersebut? Apakah seorang lelaki atau justru seorang perempuan? 

Banyak sekali asumsi penilaian dari sebagian besar warga masyarakat yang berpendapat bahwa sastra dan sejarahnya adalah milik kaum lelaki. Karena adanya pandangan dari khalayak awam, bahwa penulis sastra biasanya adalah laki-laki. Jika seorang perempuan menulis sastra, maka banyak orang yang akan sedikit berkerut keningnya dan seringkali dipandang tidak setara dengan karya sastra yang di tulis para laki-laki. Karena sejatinya perempuan adalah sosok yang harus bekerja di rumah seperti menjaga anak, mencuci piring, mencuci baju, membersihkan rumah, dan lain sebagainya.

Jaman saat ini semakin moderen, dan mari kita lihat secara sederhana peran sastrawan perempuan dalam perkembangan sejarah sastra Indonesia modern. Pada tahun 1914-1953 muncul seorang sastrawan wanita bernama Fatimah Hasan Delais, dia menuliskan suatu karya sastra dalam bentuk novel yang berjudul “Kehilangan Mestika” (1935). Novel tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka sebagai penerbit utama pada masa itu. Dan dari sini dapat kita lihat bahwa pada kesusastraan era Balai Pustaka sastrawan wanita ikut merintis dan mengembangkan karya sastra di Indonesia, khususnya jenis novel, essai, cerpen, cerpan dan bahkan puisi-puisi.

Mari kita tengok juga perkembangan dunia media sosial,  yang saat ini, banyak sekali bermunculan para penulis, yang begitu sangat berperan dalam dunia sastra, banyak menyuarakan soal sastra, khusus sastra puisi dan beberapa karya sastra lainnya. Selain ada Rosmita, penulis-penyair dari Kota Jambi, Rini Intama penyair -penulis dari Tanggerang, Elly Dzarrah, dari Kota Bandung, Rintalalini Girienata, penulis -penyair dari Kota Kuningan, Mayek, penulis -penyair dari Jakarta, serta banyak lagi lagi para sastrawan dari kalangan perempuan lainnya. 

Salah satunya seorang penulis, yang juga penggiat literasi dengan banyak karya puisinya di terbitkan dalam buku antologi bersama maupun buku antologi-antologi tunggalnya. Di media sosial seorang perempuan dengan memakai akun facebook, Rissa Churia, banyak sekali memberikan warna serta inspirasi untuk khalayak banyak. Dan ini, sedikit tentang profil Rissa Churria:

Rissa Churria adalah pendidik, penyair, essais, pelukis, aktivis kemanusiaan, pemerhati masalah sosial budaya, pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), pengelola Rumah Baca Ceria (RBC) di Bekasi, anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah menerbitkan 10 buku kumpulan puisi tunggal serta lebih dari 100 antologi bersama dengan para penyair lainnya, baik Indonesia maupun mancanegara.

Rissa Churia, juga sangat familiar, dan sangat aktif , bahkan sering diundang ke berbagai festival sastra, dan acapkali dirinya diminta untuk sebagai narasumber di berbagai kegiatan acara sastra, salah satunya dari.

 Program Bicara Buku Sempena Dekad Bahasa Kebangsaan 2021 Anjuran Jabatan Pengajian Melayu dan Unit Pusat Sumber, Kampus Pendidikan Islam Malaysia (2021), serta Seminar Kiprah Perempuan: Kreativias dan Puisi, diselenggarakan Pemerintah Kota Bukittinggi. Sumatera Barat (2022).

Rissa juga sering diundang datang untuk baca puisi di negara tetangga, seperti di Singapura, Malaysia, dan Vietnam.

Selain itu, karya sastra yang sudah di lahirkan serta sudah ada di Buku yang di terbitkan secara indie, dari semua kumpulan puisi tunggal Rissa Churria.

1. Harum Haramain (2016)

2. Perempuan Wetan (2017)

3. Blakasuta Liku Luka Perang Saudara (2018)

4. Matahari Senja di Bumi Osing (2019)

5. Babad Tanah Blambangan (2020)

6. Bisikan Tanah Penari (2021)

7. Risalah Nagari Natasangin (2021)

8. Kembul Bujana Cinta Kamajaya Kamaratih (2022)

9. Kecup Selalu untuk Rasulullah (2024)

10. Larung Murung (2024).

Geliat Sastra Indonesia, semakin penuh warna dan terus menggeliat, untuk kembali melahirkan sastrawan-sastrawan Indonesia yang lainnya. Dan redaksi 7detik.com akan terus kembali mengulas geliat sastra yang semakin terus melesat, untuk kembali meramaikan dunia sastra di negeri ini. Minggu (25/08/24)

( Penulis, Raya: di kutip dari berbagai sumber, media sosial facebook, Twitter, serta media sosial lainnya, pertumbuhan dan terus berkembangnya geliat para pelaku sastra Indonesia.)